Menuju kota di pesisir selatan Indonesia Part 4

Turun Diterminal Mengwi dan bingung mau kemana dan naik apa, karena selama perjalanan bayangan kita armada akan menurunkan penumpang diterminal ubung dimana jarak ke penginapan lebih dekat. Memang sudah baca - baca dari internet kalau diterminal ini ada bis Sarbagita, tapi koq sepi banget kaya gini terminalnya. Akhirnya saya bertanya ke petugas dishub yang bertugas mengenai keberadaan armada sarbagita, kata petugasnya memang ada harap ditunggu saja karena memang lama bisa sampai 20 menitan armada baru datang. Armada yang ditunggu datang, maaf tidak ada gambarnya karena keburu naik, ukuran bis yang saya naiki cukup besar sama lah seperti bus transjakarta, jurusan Terminal Mengwi - Bandara Ngurah Rai ternyata bis ini. pukul 9.15 Sarbagita meninggalkan terminal mengwi, dan uang Rp 7000 dikeluarkan untuk menebus tiket (2 tiket sekaligus merah & hijau).

Penampakan tiketnya

Langsung 2 Jurusan dibayar untuk turun dekat Legian
 Pulau Bali sudah kita jelajahi walaupun cuma 2 hari. Pantai Kuta, Pantai Legian, Garuda Wisnu Kencana cuma dihalamannya saja hehehe (tiket masuknya mahal oi), Pantai Pandawa, Pura Tanah Lot, Pantai Sanur.  Saatnya untuk meninggalkan pulau yang cantik ini. Packing semua bawaan maupun barang yang baru dibeli. Jam 13.00 check out dari hotel, tapi barang masih dititipin diresepsionis hotel karena armada kita baru akan meninggalkan Denpasar jam 17.00. Jalan - jalan menyusuri jalan Legian menuju ke pasar Kuta, balik ke hotel buat ambil barang dan menghubungi taxi untuk mengantar ke Terminal Ubung. Ada 2 Aplikasi yang saya pakai, Grab Car & Taxi Blue Bird, kenapa milih mobil alasannya biar nyaman aja menuju ke Ubung. Udah Hampir setengah jam lebih order koq ga ada driver yang ambil. karena 2 aplikasi itu ga ada respon, order juga dari Gojek dan masih tidak ada respon juga.

Setelah kurang lebih 10 menit menunggu baru sadar kalau jalan legian ini kan 1 arah, dah gitu puterannya kan jauh banget, pantesan driver pada males ngepick order. Berjalan kita keluar menyusuri jalan legian, dan order taxi lagi lewat aplikasi setelah sampai dipersimpangan jalan Raya Kuta. Beruntung disini ketemu sama petugas dari dinas perhubungan yang bertanya saya mau kemana.

P: Mau Kemana Mas??
R: Mau Ke Terminal Ubung pak, dari sini ke Ubung berapa lama pak??
P: Ga pasti juga mas, apalagi jam segini jalan biasanya macet. Mau naik apa kesana??
R: Ini lagi pesen taxi, daritadi dah order tapi gada yang ambil
P: Kalo pesan dari Legian ya jarang yang ambil, naik gojek saja keterminal, pake motor mungkin lebih cepat. kalo pesan bilang aja dipertigaan Jl Raya Kuta biasanya cepat
R: Iya pak, makasih

2 order dibuat, dan langsung dapat respon dari driver, menunggu sebentar dan datanglah 2 orang driver yang siap mengantar ke terminal Ubung. kata masnya bisa nyampe terminal ubung sebelum jam 5, amanlah jadinya, tetapi selama perjalanan cukup bedebar juga. Ternyata lalu lintas lancar & ga ada macet dijalan, jam 16.40 sampai diterminal Ubung. Mencari bus yang mau dinaiki, dan ternyata Armada Gunung harta berbaris dibelakang, semua jurusan ke Jawa sepertinya waktu berangkatnya hampir bersamaan. Mencari GH Denpasar - Surabaya 1, dan dikasih tahu kalau bisnya warna merah, (warna merah??ga salah apa bukannya GH biasanya ijo2). Ketemu juga bis nya lapor ke crew dan ngasih tiket yang sudah diprint sendiri

Penampakan Tiket


Deretan GH diterminal Ubung, (maap kalau gambar bokong y, hehehe)

Terlihat dari jauh yang merah sendiri dideretan GH
Dari Deket yang mau kami naiki (masih bokong lagi hehehe)

Surabaya 1 si merah gunung harta
Armada GH yang sempat terpoto dari dalam bus



Pukul 17.02 armada diberangkatkan dari terminal Ubung, berjalan menyusuri jl Dr Cipto dengan pelan saja, dan lalu lintas sore itu boleh dibilang cukup ramai. Pukul 17.43 GH DPS - SBY 1 melewati terminal mengwi, hanya melewati saja, tidak masuk keterminal. Berjalan kisaran 50 - 60 km/jam saja sepertinya bus satu ini tidak terasa tarikannya mesin Hino ini. Kurang tahu juga apa memang jalannya seperti ini atau karena lalu lintas yang ramai disore itu, dilihat lagi nanti saat melintas jalan ke Gilimanuk, mungkin saja pedal akan ditekan lebih dalam oleh sang driver.

Tidak lebih dari 10 menit melintas, bus berhenti didaerah kediri tabanan, disini banyak juga armada GH lainnya yang berhenti. Dikantor pusat ini bus berhenti cukup lama menunggu giliran, ada kali 20 menitan, sempat turun sebentar untuk beli roti pukis sama molen, sapa tau aja kelaparan dijalan. Giliran Red GH, ternyata snack baru dibagikan disini nyesel juga tadi beli jajan agak banyak), paket juga ada yang dinaikkan dari sini. Masalah snack, paket dan penumpang sudah beres, pukul 18.10 armada diberangkatkan.

Lepas dari Tabanan tarikan dari bis ini sudah mulai terasa, yang tadinya mentok 50 - 60 km/jam naiklah, walaupun cuma jadi 70-90 saja. Sebenarnya bisa lari lebih dari itu, tapi mau gimana lagi, gigi netral selalu aktif pas kecepatan sudah mulai menanjak. Ada beberapa kali bus GH ini berhenti untuk menaikkan penumpang sepanjang perjalanan ke Gilimanuk, dan lalu lintas boleh dibilang cukup sepi malam itu.

Yang sempat terekam



Karena bukan penikmat netral style dan juga bus yang sangat senyap & nyaman, mata mulai terpejam dan terbangun ketika bis memasuki sebuah SPBU didaerah Gilimanuk untuk mengisi bahan bakar. Selain mengisi Solar, disini juga mengangkut beberapa paket untuk dikirim ke pulau seberang. Semua urusan isi mengisi sudah beres dan bus meninggalkan SPBU untuk menuju ke Pelabuhan. Ternyata jaraknya tidak jauh dari SPBU ini, pukul 21.20 the Red GH sudah sampai di Pelabuhan, dan tidak perlu menunggu lama armada langsung mengambil posisi untuk masuk ke kapal. Boleh juga nih Gunung Harta, padahal banyak armada yang sudah mengantri untuk masuk kapal, tapi rombongan GH bisa masuk duluan ke dalam kapal. Kapal tidak cukup besar, hanya ada 1 ruangan istirahat saja, bahkan pas crew meninggalkan bus, pintu dibiarkan terbuka saja dan penumpang dipersilahkan saja mau didalam bus atau keluar.

Gambar Si Merah yang sempat terabadikan

Bokong GH bareng Midas Nusantara

Hidung si Red GH
Pas mau masuk kedalam bis ternyata memang benar pintu bus terbuka begitu saja, waduh emang beneran aman apa y ditinggal gitu aja ini bis. Masuk ke bis udara didalam bis pun cukup pengap karena AC bis yang belum hidup. Perjalanan sekitar kurang lebih 1,5 jam mengarungi selat Bali dan armada sudah siap untuk landing di pelabuhan Ketapang. Karena mungkin masih mengantuk, dan juga masih terbayang netral si driver, begitu keluar dari Pelabuhan mata saya pun langsung terpejam kembali dan terbangun saat bus berhenti untuk mengambil servis makan. Ternyata berhenti service makan juga ini bus, "wow jam setengah 12 malam baru dapat makan??". Mau turun atau tidak y??soalnya tadi dikapal sudah makan pop mie jadi ga begitu lapar. Turun aja lah sudah dapat fasilitas masa tidak dimanfaatkan. Setelah masuk tercengang juga dengan antrian yangcukup panjang.

Menengok keluar dan melihat armada yang terparkir ya wajar saja kalo mengantri begini, ada mungkin 8 bus GH yang terparkir dihalaman rumah makan ini. Pas sudah giliran mengambil makanan benar - benar hilang selera makan saya, "Ini beneran lauk makannya cuma kaya gini aja??". Lauknya, nasi sudah pasti, ayam goreng dengan potongan yang sangat mungil, ini yang bikin bingung, kuah soto atau sayur sop yang isinya cuma kobis saja, krupuk lupa ada apa ga, tapi sepertinya ngga ada. Ambil nasi dikit aja, ayam 2 potong, sama kuah sedikit saja, dan segelas air teh hangat. Rasa benar - benar jauh dari sesuatu yang wajar untuk dimakan, ngambil dikit saja ga habis, kuahnya bikin rasa masakan jadi kacau, ngunyah ayam saja dah cukup lah sama teh hangat. Pantesan crew bis bela - belain beli ayam betutu di gilimanuk dan dimakan diatas kapal tadi, mereka sudah tahu bakal makan makanan kaya gini, tahu gitu tadi nitip sama sopir saja beli ayam betutu hehehe.

Gara - gara servis makan yang kurang layak ini saya jadi lupa atau sudah malas untuk mencari tahu nama rumah makan ini, dan posisi restoran ini dimana saya juga tidak tahu. Langsung duduk - duduk diluar saja sekalian lihat deretan bus GH dengan tujuan yang beragam. Mungkin kondisi benar - benar kacau kali yah, harusnya bisa dapat gambarlah dengan deretan GH ini. Penumpang mulai dipanggil untuk memasuki the Red Bus, masuk kita ke Bus, duduk cantik di hot seat melihat aksi dari sang driver semoga dapat pertunjukan menarik setelah memasuki pantura jatim. Dan ternyata  Zonk...., netral pun mulai mewarnai perjalanan malam itu yang boleh dibilang jalan ini sangat sepi bung, masukin napa gigi 5 kan kasihan dah ngarep dia daritadi hehehehe. Dengan style driver yang seperti ini otomatis mata terpejam lagi, terbangun sebentar pas masuk kota probolinggo sekitar pukul 02.12, karena crew mau ngasih satu bungkus ayam betutu ke sang istri di Probolinggo. Tertidur lagi dan bangun ketika bus sudah masuk di jalan tol, dan tidak lama kemudian tepat pukul 04.00 the red GH sudah masuk terminal Purabaya Bungurasih.

Ada sedikit obrolan dengan pak sopir ketika bus sudah memasuki tol waru,

S: Turun dimana mas?? (Dengan logat suroboyoannya)
R: Di Bungur pak
S: Emang tujuannya mau kemana mas??
R: Mau ke Cilacap
S: Cilacap kan onok Sumber, numpak iku ae mas (Cilacap kan ada Sumber, naik itu aja mas)
R: Nggih pak, EKA sama Sumber sekarang ada yang langsung cilacap. Pengin ngrasain juga
S: Enak ya, ga perlu oper - oper lagi di jogja
R: Tapi nek EKA jalanne sore pk dari Bungur, tapi nek Sumber jarene ada yang pagi.
S: Ngono a, yo wes ikut aja masuk kedalam ntar, aku antar sampe pemberangkatanne SR
R: Makasih nggih pak

Pas sudah didepan tempat kedatangan
S: Mas e ga usah turun disini, didalam ae y
R: Nggih pak
S: Nek Turun ndek kene susah ngko sampeyan, akeh sing narik - narik ngko
R: Makasih y pak

Turun kita dibelakang shelter pemberangkatan SR dan EKA yang menuju ke Cilacap, tidak lupa mengucapkan terimakasih ke Driver dan Crew yang sudah mengantar sampai di Bungurasih. Mungkin ada baiknya juga naik bus dengan netral stylenya, terbukti selama perjalanan benar - benar bisa tertidur, bahkan mungkin sangat nyenyak tidurnya. Selain itu bus ini boleh di bilang sangat senyap didalam kabin, mungkin selain ga ada tontonan sama sekali selama perjalanan (tontonan video atau live music ya maksudnya), dan juga bodi bus yang ber air suspension serta sistem pintu hidrolik semakin menambah senyap suasana kabin bus Red GH ini, cocok untuk para bobomania. Tapi buat saya yang boleh dibilang speed hunter, kurang gregetlah kalau untuk masalah kecepatan bahkan dengan netral stylenya sudah berhasil membuat saya menjadi bobomania hiks (video yang terekam jadinya cuma satu hiks lagi). mungkin karena solar dijatah jadinya ya dimaklumi lah

Untuk servis makan sepertinya perlu ada yang diperbaiki, masalah waktu kalau bisa jangan terlalu malam, walaupun ada snack tapi kalau makan malam pukul 12 malam bikin was - was juga apakah dapat atau ga, apalagi dengan model tiket elektronik tambah ketar - ketir aja ga dapat makan. Perbaiki juga ukuran lauknya
walaupun emang bisa ngambil lebih dari satu kan lebih enak makan satu potong ayam, soalnya kan ga enak juga kalo ngambil potongannya banyak hehehe. masalah sayur, kalau memang sudah habis atau tinggal kuahnya sama kobis ya mbok diambil aja ga usah disajikan, sedih ngliatnya ada sayur yang kayak gitu hiks.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolam Iwak Anyar

Kanker Nasofaring / Carcinoma Nasofaring / Kanker Rongga hidung Part 1

Menuju kota di pesisir selatan Indonesia Part 2